nusatimes.id – Rencana Dispora Provinsi Gorontalo melaksanakan seleksi atlet maupun pelatih karate PPLP Gorontalo atau yang bakal berubah nama menjadi Sentra Pembinaan Olahragawan Berbakat Nasional (SPOBNAS) menuai apresiasi positif dari berbagai kalangan tak terkecuali kalangan akademisi olahraga.
Seleksi atlet dan pelatih yang rencananya akan dilaksanakan pada 26 Desember 2024. Untuk kategori usia atlet yang diseleksi yakni usia 15-18 tahun, dengan catatan atlet maupun pelatih tersebut memiliki prestasi.
“Diharapkan setiap perguruan agar mempesiapkan mengikutseratakan atlit dan pelatih yg memenuhi kategori. Dan akan diberikan rekomendasi dari Pengprov FORKI Gorontalo untuk mengikuti kegiatan tersebut bagi yang berminat,” kata sekertaris FORKI Gorontalo, Ristho Luther, Jumat (20/12/2024).
Ristho juga menambahkan, beberapa hal yang dibahas pada saat rapat bersama Dispora Provinsi Gorontalo beberapa waktu lalu. Diantara point-point yang dibahas yakni akan dilaksanakan seleksi atlet karate sebanyak 2 orang untuk memenuhi kuota . Dengan persyaratan sesuai di Juknis. Seleksi pelatih diperuntukan bagi non ASN dengan persyaratan seperti di Juknis, salah satunya memiliki sertifikat pelatih.
“Rencana seleksi tanggal 26 Desember 2024, seleksi akan dilaksanakan oleh berbagai unsur dan dipantau langsung oleh KEMENPORA,” terangnya.
“Sebagai tambahan, apabila ada pelatih atlat yang sudah lolos seleksi, maka akan diberikan target. Dan apabila tidak mencapai target, maka kemungkinan cabor karate akan di hilangkan dari PPLP,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu akademisi olahraga Gorontalo, Suprianto Kadir, M.Pd yang juga pelatih karate di PON XXI Aceh-Sumut mengaku terobosan dan langkah-langkah yang diambil Dispora Provinsi Gorontalo dalam hal ini Kemenpora RI sangat baik demi pembinaan prestasi olahraga khususnya di Gorontalo.
“Potensi Gorontalo di cabang olahraga karate sebenarnya cukup besar, sudah banyak deretan karateka Gorontalo yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Sehingganya terobosan Kemenpora dengan melakukan seleksi atlet dan pelatih yang terbuka untuk umum serta memberikan kesempatan kepada pelatih non ASN menurut saya sebuah inovasi pembinaan prestasi yang bagus,” ungkap sosok yang juga Kajur Kepelatihan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) UNG tersebut.
“Kontrak kinerja sebagai pelatih dan atlet juga jelas, pertama kriteria harus atlet berprestasi dan pelatih yang memiliki lisensi. Kedua jika setelah terpilih menjadi atlet maupun pelatih kemudian tidak sanggup memberikan prestasi bagi daerah maka konsekwensinya adalah dicoret dari PPLP,” tambahnya. (*)