Scroll untuk baca artikel
DaerahGorontaloPilihan

Festival Tutulu Sambut Tahun Baru Islam di Gorontalo Berlangsung Meriah, Sajikan Ribuan Kue Cucur Gratis

×

Festival Tutulu Sambut Tahun Baru Islam di Gorontalo Berlangsung Meriah, Sajikan Ribuan Kue Cucur Gratis

Sebarkan artikel ini
Salah satu stand Festival Tutulu dipadati pengunjung, Jalan Satria, Desa Isimu Selatan, Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Sabtu (6/7/2024). (Foto : Nusatimes.id / Salaa Yusuf)

Nusatimes.id – Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1446 H, Desa Isimu Selatan, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, kembali menggelar Festival Tutulu atau Gebyar Cucur pada 30 Zulhijjah 1446 H. Sabtu (6/7/2024).

Event yang berlangsung di sepanjang Jalan Satria ini telah menjadi tradisi tahunan sejak 2018 dan kini memasuki tahun ke – 7 pelaksanaannya.

Festival yang dipusatkan di halaman Masjid Istiqomah Satria ini menghadirkan rangkaian kegiatan yang memfokuskan pada penyajian kuliner tradisional, khususnya kue cucur kepada masyarakat umum.

Sekretaris panitia, Helmi Hatlah mengungkapkan bahwa event ini merupakan bentuk tabaru atau mencari berkah. Tujuannya bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga untuk mendapatkan berkah melalui kebersamaan dan kegiatan positif. Tabaru dalam konteks ini berarti memanfaatkan kesempatan untuk berbagi dan berbuat baik, yang diyakini akan mendatangkan keberkahan bagi semua yang terlibat.

Ia menjelaskan untuk event ini diperlombakan, untuk penilaian lomba didasarkan pada tiga kategori yaitu jumlah cucur terbanyak, kuliner terunik dan penataan stand terbaik.

“Festival kali ini juga diadakan lomba, dengan hadiah berupa piala untuk juara 1, 2 dan 3,” ujar Helmi.

Stand-stand kecil di sepanjang Jalan Satria ini menyediakan hidangan kue cucur yang dapat dinikmati secara gratis oleh pengunjung. Namun, untuk menjaga ketertiban, pembagian cucur diatur menggunakan kupon yang dibagikan oleh panitia di pintu masuk festival.

Festival Tutulu tidak hanya menghadirkan kue cucur sebagai ikon utama, tetapi juga memiliki filosofi yang mendalam.

“Filosofinya, cucur ini menjadi simbol kebiasaan masyarakat sini setiap kali panen, sebagai ungkapan syukur,” jelas Helmi.

Selain itu, kata Helmi, proses pembuatan cucur yang memerlukan pengadukan terus – menerus dianggap serupa dengan proses hijrah yang membutuhkan usaha dan belajar tanpa henti.

Sebanyak 45 stand cucur yang diisi oleh desa – Kecamatan Tibawa, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Dinas Pendidikan, usaha mikro, dealer motor hingga penyelenggara pemilu turut berpartisipasi dalam festival ini.

Peringatan 1 Muharam juga ditandai dengan pawai obor yang dimulai setelah shalat Magrib dari Lapangan Basulapa hingga pintu masuk festival. Pawai ini diikuti oleh siswa – siswa SD, SMP, dan TPQ se – Kecamatan Tibawa. Selain itu, ada juga penampilan storytelling dan tari dari siswa-siswa Kecamatan Tibawa.

Helmi menambahkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap festival ini sangat tinggi tiap tahunnya, terlihat dari padatnya pengunjung yang memenuhi jalanan atau setiap stand.

Persiapan festival ini memakan waktu sekitar sebulan, dengan sistem pendaftaran stand yang hanya memerlukan pelaporan tanpa biaya pendaftaran. Festival Tutulu diharapkan terus menjadi wadah pengembangan ekonomi masyarakat, terutama bagi para pengusaha mikro yang turut serta dalam event ini.

Festival yang telah menjadi ikon Kabupaten Gorontalo ini diharapkan terus membawa kemeriahan dan keberkahan bagi seluruh masyarakat, serta memperkuat nilai – nilai kebersamaan dan syukur dalam menyambut Tahun Baru Islam.

“Harapan kami, makna hijrahtulrassul dapat dimaknai oleh masyarakat sebagai titik tolak untuk menjadi lebih baik di masa depan. Dan bisa memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan syukur dalam menyambut Tahun Baru Islam,” pungkas Helmi.***

Apa Komentar Anda?